Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia
Itulah lagu yang selalu Ibu
nyanyikan untukku setiap malam. Lagu itu adalah lagu yang pertama kali aku
hafal. Lagu sederhana dengan satu makna. Sesuai judulnya, “kasih ibu” itulah
maknanya. Sang pencipta lagu ini sangat – sangatlah luar biasa hebat. Meski
liriknya sederhana namun bagiku lagu ini adalah lagu terbaik sepanjang masa.
Ibu selalu menyanyikan lagu ini
untuk menemani malam – malamku yang tenang disisinya. Meskipun suara Ibuku tak
sebanding dengan suara penyanyi sekelas Mariah Carey ataupun Katy Perry, bagiku
suara Ibu adalah suara Tuhan yang dititipkan melalui mulut indahnya. Aku
bersyukur yang sebesar – besarnya kepada Allah SWT karena aku masih diberi
kesempatan untuk merasakan kasih sayang seorang Ibu.
Sewaktu kecil aku sering bermimpi. Aku ingin bisa menjejaki bangku kuliah. Dan menjadi seorang yang bermanfaat bagi orang lain. Karena hal inilah aku terus berusaha sebaik mungkin agar mimpi masa kecilku dapat aku gapai. Tentunya demi Ibuku tercinta.
Sekarang umurku 18 tahun, dan tahun ini adalah tahun terakhirku menjejakkan kaki dibangku sekolah. Setelah lulus nanti aku bercita – cita untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Meski aku bersekolah disekolah kejuruan (SMK) namun aku ingin menunjukkan kepada siswa di sekolahku bahwa sebenarnya kita bisa. Inilah salah satu caraku agar disamping aku kuliah aku juga memiliki skill untuk membantu orang - orang lain disekitarku.
Aku bisa kuliah juga mimpi Ibu dan Ayahku. Dengan mengemban harapan dipundak. Apalagi aku
adalah anak tunggal, aku selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik. Walaupun aku
bukanlah anak yang paling cerdas dikelas, paling tidak, bisa mendapat nilai
baik saja sudah membuat ibuku tersenyum. Ibu juga pernah meminta padaku untuk
dibelikan baterai Handphone baru karena baterai yang lama telah rusak.
“Ya Bu, nanti aku belikan..”
------------------
Hari demi hari pun berlalu sampai
akhirnya tiba hari raya Idul Adha. Bagai sebuah tradisi, bahwa setiap murid
wajib untuk sholat ‘Id disekolah. Tapi hari itu aku malas untuk pergi. Aku tak
tahu alasan yang membuatku malas hari itu. Padahal aku termasuk siswa yang
rajin untuk berangkat keacara yang dibuat oleh sekolah.
Hari itu ada sebuah firasat yang
mengganjal dihati bahwa sesuatu yang buruk seperti akan terjadi. Awalnya aku
tak begitu peduli. Aku sedang sibuk merawat ibuku yang sedang sakit dihari raya
haji ini.
Aku memang bukan anak yang baik.
Dikala ibuku sakit aku hanya merawat ibu apa adanya. Pada saat seperti ini aku
hanya bisa membayangkan sewaktu aku masih kecil. Ibu dengan sabar merawatku,
menenangkan tangisan nakalku, bahkan membersihkan diriku yang aku kotori tanpa
merasa jijik sedikitpun.
Hampir 7 hari Ibu terserang
hipertensi. Kasihan melihat Ibuku harus berjuang melawan sakitnya itu. Kenapa
disaat ibuku sakit, aku tidak dapat menangis? Padahal saat aku terjatuh saja
ibuku menangis didepanku. Beliau sangat menyayangkan kejadian yang menimpaku.
Padahal hanya sebuah luka kecil. Aku sering menyalahkan diriku sendiri.
Malam itu aku tidak bisa tidur
nyenak. Entah apa yang membuat malam itu terasa sangat panjang. Sampai akhirnya
pukul 11.00 malam aku bisa memejamkan mataku. Hingga aku terbangun dengan
sebuah kenyataan, “Ibu terserang STROKE nak. Beliau ada dirumah sakit sekarang”
kata ayah.
Aku kecewa dengan apa yang terjadi,
ingin rasanya aku berteriak menyalahkan kondisi yang Tuhan berikan. Namun apa
daya? Aku hanya bisa menangis dikamar sendirian. Sembari terus memandang foto
Ibuku. Semakin aku melihatnya tangisku semakin menjadi. Ya Allah kenapa tidak
aku saja? Kenapa harus Ibuku?
Ayahku kemudian mengajakku untuk
menemui Ibu dirumah sakit. Aku semakin lemas untuk melangkahkan kaki menuju
kamar tempat beliau dirawat. Sesampainya disana, banyak tetangga yang berkumpul
untuk membereskan ‘kamar baru’ Ibuku. Aku berusaha tegar di depan Ibuku.
“Nak, kenapa kamu disini? Pulang
saja, Ibu tidak apa – apa. nanti kamu sekolah kan?” kata Ibu,
Aku hanya mengangguk. Ku lihat jam
ternyata saat itu pukul 2.00 pagi. Sepanjang perjalanan pulang aku terus
menangis sembari memikirkan hal buruk yang bisa saja terjadi para Ibuku.
Hari – hari selanjutnya aku terus
merawat Ibuku sepulang sekolah. Aku tidak langsung pulang melainkan pergi ke
rumah sakit untuk merawat ibuku. Meski hanya sekedar menyuapi dan membuat Ibu
ku tersenyum saja aku sudah senang.
“Nak, maafkan Ibu ya…” kata Ibuku,
“Loh, kok minta maaf? Memang ada
apa?”
“Gara – gara Ibu sakit kamu tidak
bisa kuliah, tabungan kamu juga telah habis hanya untuk biaya pengobatan Ibu.
Maaf ya nak?” kata Ibu,
“nggak apa – apa Bu, nanti aku cari
kerja saja. Uangnya bisa buat biaya kuliah dan biaya pengobatan Ibu”
“Ibu tak tega melihat kamu bekerja,”
Ya Tuhan, apa yang harus aku
lakukan? Hari itu juga aku sudah memutuskan akan melanjutkan kuliah tahun
depan. Aku pun pulang dengan perasaan hampa. Namun aku harus bisa menghadapi
ini dengan ikhlas. Karena aku percaya ‘Tuhan pasti merencanakan yang terbaik’.
Bulan demi bulan berlalu, Ibuku pun
telah menunjukkan perkembangan yang semakin baik. Aku bersyukur, namun aku juga
harus cepat mendapatkan pekerjaan. Karena beberapa hari lagi aku bukan lagi
seorang pelajar.
Semua lowongan menjadi seorang
penulis sudah aku apply. Dari sekian
banyak hanya satu yang diterima. Entah apa yang membuat aku belum dipercaya
oleh perusahaan tersebut. Mungkin ini
karena Ibuku tidak merestuiku untuk bekerja.
Setelah aku bertanya tentang tata
cara pekerjaanku, akhirnya aku mulai bekerja. Yups, aku adalah seorang content
writer untuk suatu situs. Selama dua hari bekerja aku senang – senang saja
karena artikel yang diminta dapat aku buat tepat waktu. Hingga pada akhirnya
hal aneh mulai terjadi, pada hari keempat aku diminta untuk membuat artikel
tentang Judi Bola, Permainan Judi, Togel, dan lain sebagainya.
Aku tak tahu semua itu bahkan aku
lebih sering menghindari topik semacam itu. Tapi untuk Ibuku aku rela. Meskipun
aku merasa risih dengan semua ini. bahkan mereka memintaku untuk membuat
puluhan artikel dalam waktu 2 hari dengan materi tersebut. Karena aku tak
sanggup dan risih dengan hal itu aku pun mundur dari pekerjaan ku. Berapakah
upah yang aku terima? Hanya 50 ribu rupiah. Untuk berpuluh – puluh artikel yang
telah aku buat selama 4 hari.
Mungkin ini rejeki dari Tuhan.
Cukup disyukuri saja. Tapi apa yang harus dilakukan dengan uang 50 ribu ini?
ahh aku ingat, Ibu pernah meminta aku untuk dibelikan baterai handphone baru. Mungkin dengan uang ini aku bisa memenuhi mimpi ibuku. Dengan
semangat aku pergi ketempat penjualan handphone.
“Ha? Semuanya 70 ribu-an mas? Kagak
salah?” kataku terkejut mendengar harga baterai handphone yang aku ingin.
“Yah, kan ini baterainya asli mas.
Kalau mas mau ada kok baterai yang KW, cuma 50 ribu..”
Kalau dipikir tak apalah yang
penting Ibuku senang. Sesampainya dirumah ku bungkus baterai itu dengan rapi.
Yang akan aku berikan tepat dihari ulang tahunku.
“Selamat Ulang tahun ya nak, maaf
Ibu tidak memberikan hadiah tahun ini..”
“Tak apa Bu, melihat Ibu sehat saja
adalah hadiah terindah untukku. Tapi aku ada hadiah untuk Ibu”
"Mimpiku selanjutnya adalah melanjutkan kuliah .. Do My Best"
NB : Kalian punya mimpi, mari luapkan diblog kontes Mimpi Properti. Dengan mimpimu itu raih kesempatan untuk memenangkan uang jutaan rupiah ^^
Yang Mau Ikutan Klik Disini |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pembaca yang baik selalu meninggalkan jejak komentar yang baik. Dapet pahala donk.. Semua komentar bisa masuk asal tidak menyinggung pihak manapun yah ^^